PENGERTIAN BELAJAR MENURUT TEORI HUMANISTIK. Menurut teori humanistik belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori belajar humanistik sifatnya abstrak dan lebih mendekaji kajian filsafat. Teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia, yakni untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Dal hal ini, maka teori humanistik ini bersifat eklektik (memanfaatkan / merangkum semua teori apapun dengan tujuan untuk memanusiakan manusia). Salah satu ide penting dalam teori belajar humanistik adalah siswa harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar (self regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana, kapan dan bagaimana mereka akan belajar.
Siswa belajar mengarahkan sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar. Siswa juga belajar menilai kegunaan belajar itu bagi dirinya sendiri. Aliran humanistik memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan kata lain, pendekatan humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Guru, oleh karenanya, disarankan untuk menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran.
Ada empat teori kognitif yaitu: 1) Teori belajar Bruner dengan model belajar penemuan. 2) Teori belajar Ausubel dengan model belajar bermakna. 3) Teori belajar Robert Gagne dengan model pemrosesan informasi. 4) Teori belajar Jean Piaget dengan model perkembangan intelektual.
Teori Belajar Bruner Jerome S. Bruner, pada dasarnya belajar merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada 3 (tiga) proses kognitif dalam belajar, yaitu: 1) Proses pemerolehan informasi baru. 2) Proses mentransformasikan informasi yang diterima. 3) Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengarkan/melihat audiovisual dan lain-lain. Proses tranformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran menurut Bruner, yaitu: 1) Pentingnya struktur bidang studi Struktur mata pelajaran berisi ide-ide, konsep-konsep dasar, hubungan antara konsep atau contoh-contoh dari konsep yang dianggap penting. 2) Kesiapan untuk belajar Kesiapan belajar ini dipengaruhi oleh kematangan psikologi dan pengalaman anak. Untuk mengetahui apakah si pebelajar telah memiliki kesiapan dalam belajar, maka perlu diberi tes mengenai materi awal berdasarkan topik yang diajarkan. 3) Intuisi Intuisi adalah teknik-teknik intelektual analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang sah (benar) atau tidak. 4) Motivasi Motivasi adalah kondisi khusus yang dapat mempengaruhi individu untuk belajar, khususnya selama masa sekolah yang dapat membantu mendorong kemauan belajar siswa.
Belajar Penemuan Belajar penemuan (discovery learning) merupakan salah satu model pembelajaran/belajar kognitif yang dikembangkan oleh Bruner. Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan yang merupakan proses belajar. Guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.
Bentuk lain dari belajar penemuan adalah guru menyajikan contoh- contoh dan si pebelajar bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri dan melakukan eksperiman. Teori Belajar Bermakna oleh Ausubel Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna.
Belajar bermakna adalah belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima si belajar mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada/diterima oleh siswa sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitif. Struktur Kognitif Struktur kognitif didefinisikan sebagai struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang, yang mengintegrasikan unsure-unsur pengetahuan yang terpisah ke dalam suatu unit konseptual. Struktur kognitif berisi konsep-konsep yang telah tersusun secara hierarki dan tetap berada dalam kesadaran siswa.
Model Pembelajaran Robert Gagne A. Hakikat Belajar Menurut Gagne Menurut Gagne, belajar bukan merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Artinya, banyak keterampilan yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit. Contohnya, keterampilan belajar “menjumlah” akan berguna bagi siswa untuk belajar “membagi”, dimana siswa tidak perlu belajar menjumlah lagi ketika belajar membagi.
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan yang disebut kapasitas. Kapasitas itu diperoleh orang dari: 1) Stimulus yang berasal dari lingkungan. 2) Proses kognitif yang dilakukan si belajar.
Kemudian Gagne mendefinisikan pengertian belajar secara formal, bahwa belajar adalah “Perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung selama satu masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan yang menyangkut perubahan tingkah laku”. yaitu: Proses Kognitif dalam Belajar Menurut Gagne, ada 9 tahap pengolahan (proses) kognitif yang terjadi dalam belajar dan kemudian disebut “Fase-fase Belajar”. Fase-fase belajar ini kemudian digolongkan menjadi: 1) Fase persiapan untuk belajar. 2) Fase perolehan dan perbuatan. 3) Alih belajar.
Gagne berpendapat bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi eksternal individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan, kondisi eksternal adalah ransangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Model Perkembangan Intelektual Jean Piaget Jean Piaget adalah seorang ilmuwan perilaku dari Swiss, ilmuwan yang sangat terkenal dalam penelitian mengenai perkembangan berpikir, khususnya proses berpikir pada anak.
A. Prinsip-prinsip Teori Perkembangan Intelektual
1) Teori perkembangan intelektual bertujuan untuk menjelaskan mekanisme dari proses perkembangan individu, mulai dari masa bayi, anak-anak sampai menjadi individu dewasa yang mampu bernalar dan berfikir menggunakan hipotesa.
2) Perkembangan genetika dalam organisme tidak seluruhnya dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan tetapi sangat dipengaruhi oleh proses interaksi antara organisme dan lingkungan.
3) Kecerdasan adalah proses adaptasi terhadap lingkungan dan membentuk struktur kognitif yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya.
4) Hasil dari perkembangan intelektual adalah kemampuan berpikir operasi formal.
5) Fungsi perkembangan intelektual adalah menghasilkan struktur kognitif yang kuat.
6) Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses pengaturan diri.
Konsep-konsep Dasar Teori Kognitif Piaget Menurut Jean Piaget (dalam Suparno, 1997) ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu: 1. Inteligensi Piaget mengartikan inteligensi secara lebih luas dan tidak mendefinisikan secara lebih ketat. Menurutnya, inteligensi adalah suatu bentuk ekuilibrium ke arah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan. 2. Organisasi Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih tinggi. 3. Skema Skema adalah suatu struktur mental seseorang yang secara intelektual beradapsi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang. 4. Asimilasi Asimilasi adalah proses kognitif tempat seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Atau dapat juga dikatakan bahwa asimilasi adalah proses perpaduan antara informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki. 5. Akomodasi Akomodasi adalah penyesuaian struktur internal pada ciri-ciri tertentu dari situasi khusus yang berupa objek atau kejadian yang baru. Akomodasi dapat juga dikatakan bahwa akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan yang ada. 6. Ekuilibrasi Ekuilibrasi adalah pengaturan diri yang berkesinambungan yang memungkinkan seseorang untuk tumbuh, berkembang, dan berubah untuk menjadi lebih mantap/seimbang. Atau dengan kata lain, ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi, sedangkan disekuilibrium adalah keadaan yang tidak seimbang antara proses asimilasi dan akomodasi.
Ekuilibrium dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme Dalam kerangka konstruktivis, belajar dimaknai sebagai suatu upaya pengkonstruksian pengetahuan oleh individu sebagai pemberian makna atas data sensori yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya (Tasker, 1992).
Belajar merupakan suatu proses pemaknaan yang melibatkan konstruksi- konstruksi dari para pemelajar (Sukadi, 1999; Sadia, 1996; Fosnot, 1989). Selanjutnya, Dyle & Haas (1997) dan Putrayasa (2010; 2011) menyatakan bahwa belajar menurut pandangan konstruktivis lebih diarahkan pada terbentuknya makna pada diri pemelajar atas apa yang dipelajarinya berdasarkan pengetahuan dan pemahaman mereka sebelumnya. Dalam proses ini lebih ditekankan pada terbentuknya hubungan-hubungan makna antara pengetahuan yang telah ada dan pengetahuan baru dengan fasilitasi kreativitas guru selaku mediator pembelajaran.
Dengan demikian, dilihat dari dimensi pembelajaran, model konstruktivis memandang belajar itu sebagai sebuah proses modifikasi ide dan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa menuju terbentuknya pengetahuan baru. Dalam proses ini siswa secara aktif terlibat dalam upaya penemuan makna dari apa yang dipelajarinya, sehingga secara langsung berdampak pada tumbuh dan berkembangnya keterampilan berpikir mereka selama pembelajaran berlangsung (Sharon Lee, 1994). Di samping itu, aplikasi model konstruktivis memungkinkan siswa untuk menguasai materi pelajaran secara lebih komprehensif dan bermakna, mengingat mereka terlibat secara aktif selama berlangsungnya pembelajaran (Putrayasa, 2010; 2011). Model konstruktivis memberi beberapa peluang bagi kalangan guru untuk mengatasi berbagai persoalan yang terkait dengan rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran, karena model ini dapat memfasilitasi keterlibatan aktif dan berkembangnya keterampilan berpikir siswa selama pembelajaran. Jadi, dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peran siswa untuk dapat membangun constructive habits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. Teori belajar yang mencerminkan siswa memiliki kebebasan berpikir bersifat eklektik.
Teori belajar yang bersifat eklektif artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar dapat tercapai. Teori belajar yang mengakomodasi tujuan tersebut adalah teori belajar Humanistik (yang akan dibahas dalam Bab VII).
Pengetahuan Menurut Konstruktivisme Faham konstruktivis memandang bahwa pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif yang di dalamnya terjadi asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru. Pengetahuan dalam pengertian konstruktivisme tidak dibatasi pada pengetahuan yang logis dan tinggi. Pengetahuan di sini mengacu pada pembentukan gagasan, gambaran, pandangan akan sesuatu atau gejala sederhana.
Dalam konstruktivisme, pengalaman dan lingkungan kadang memiliki arti yang lain dengan arti sehari-hari. Pengalaman tidak harus selalu pengalaman fisis seseorang seperti melihat, merasakan dengan inderanya, tetapi dapat pula pengalaman mental yaitu berinteraksi secara pikiran dengan suatu objek.
Dalam konstruktivisme, siswa sendiri yang aktif dalam mengembangkan pengetahuan. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, kemudian orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah suatu pembentukan yang terus-menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman- pemahaman baru. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum memiliki pengetahuan tersebut.
Bila guru bermaksud untuk mentransfer konsep, ide, dan pengetahuannya tentang sesuatu kepada siswa, pentransferan itu akan diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa sendiri melalui pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri. Menurut teori konstruktivisme, yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna.
Konstruktivisme Menurut Piaget Piaget (1990) menjelaskan pentingnya beberapa faktor internal seseorang dalam proses belajar. Faktor-kator tersebut adalah: tingkat kemampuan berpikir, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, konsep diri, dan keyakinan. Faktor- faktor internal tersebut menunjukkan bahwa kehidupan psikologis seseorang, serta bagaimana dia mengembangkan struktur dan strategi kognitif serta emosinya.
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif manusia sesuai dengan aturan atau sequence tertentu. Kemampuan berpikir pada satu tahapan yang lebih tinggi merupakan perkembangan dari tahapan-tahapan sebelumnya. Pada tahapan yang lebih tinggi seseorang lebih mampu berpikir terorganisasi dan abstrak. Piaget menyebutnya sebagai kemampuan untuk mengembangkan skema berpikir (schemas berarti building blocks of thinking). Menurut Piaget, berpikir melibatkan dua jenis proses yang saling berhubungan, yaitu „mengorganisasikan‟ (organizing) dan „mengadaptasi/mengubah‟ (adapting) informasi atau pengetahuan. Ketika mengorganisasikan pengetahuan, yang dilakukan seseorang adalah membedakan informasi yang penting dari yang tidak penting, atau konsep utama dengan jabarannya, sertas melihat saling keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya.
Di samping itu, seseorang akan melakukan proses adaptasi ketika belajar, yaitu melalui asimilasi (mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki) atau melalui proses akomodasi terhadap pengetahuan baru, dengansedikit banyak mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki Konstruktivisme Menurut Vygotsky Vygotsky adalah seorang psikolog dari Rusia yang juga penganjur konstruktivisme selain Piaget. Vygotsky berpendapat bahwa pengetahuan dibangun secara sosial, dalam arti bahwa peserta yang terlibat dalam suatu interaksi sosial akan memberikan kontribusi dan membangun bersama makna suatu pengetahuan.
Dengan demikian, proses yang terjadi akan beragam sesuai dengan konteks kulturalnya. Proses dan konteks cultural yang beragam juga menghasilkan „belajar‟ yang bergam pula. Misalnya, seorang anak yang mendengarkan cerita dari orang tuanya sebelum tidur akan berbeda dengan anak yang lebih mengandalkan tayangan televisi dalam memahami nilai-nilai tertentu. Besar kemungkinan pemahaman anak terhadap suatu nilai sebagai hasil „belajar‟ tidak akan sama melalui kedua proses yang berbeda tersebut. Pengertian Teori Humanistik Pada dasarnya teori belajar humanistik memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan manusia.
Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, si pembelajar dan proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Humanistik adalah suatu teori yang tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para pendidik yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi.
Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik? Tokoh – tokoh Teori Belajar Humanistik Secara teoretis, tokoh penting dalam teori belajar humanistik adalah: (1) Arthur W. Combs, (2) Bloom dan Krathwohl, (3) Kolb, (4) Honey dan Mumford, (5) Habermas, (6) Carl Rogers, dan (7) Abraham Maslow. Tokoh-tokoh tersebut akan dipaparkan satu per satu di bawah ini. 1. Arthur W. Combs Menurut Combs (Sukardjo, 2010), belajar terjadi apabila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak dapat memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Untuk itu, guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut, sehingga bila ingin mengubah perilaku siswa tersebut, guru harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.
Assalamualaikum Wr Wb
BalasHapusMengenai teori humanistik saya berkomentar bahwa yang lebih dominan dari teori ini adalah interaksi antara manusia dengan alam lingkungan dan antara sesama manusia itu sendiri.
maka dari itu saya mengutip sebuah ayat Al-Quran mengenai interaksi manusia dengan alam sekitar yaitu :
وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Mereka mau memikirkan tentang kejadian langit dan bumi beserta rahasia-rahasia dan manfaat-manfaat yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan pada ilmu yang sempurna, hikmah yang tinggi, dan kemampuan yang utuh.
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ
Orang mukmin yang mau menggunakan akal pikirannya, selalu menghadap Allah dengan doa dan ibtihal semacam ini. Tuhan kami, tidak sekali-kali Engkau menciptakan alam yang di atas dan yang di bumi yang kami saksikan tanpa arti, dan Engkau tidak menciptakan semuanya dengan sia-sia. Maha suci Engkau dari segala yang tidak berarti dan sia-sia. Semua ciptaan Allah tidak sia-sia, semua bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Sesudah ia melihat bukti-bukti yang menunjukkan kepada keindahan hikmah, ia pun luas pengetahuannya tentang detail-detail alam semesta yang menghubungkan manusia dengan tuhannya.
Dari ayat diatas bisa disimpulkan bahwa kita dianjurkan untuk memikirkan dan mentafakuri semua apa-apa yang telah Alloh ciptakan di muka bumi ini. Maka amatlah luas dan besar ilmu Alloh yang harus kita gali lebih dalam lagi.
Sedangkan mengenai interaksi dengan sesama manusia, saya mengutip dari firman allah yaitu :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿المائدة: ٢﴾
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Dan saya kutip juga dari sebuah hadis Rosululloh SAW :
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meringankan satu kesusahan orang mukmin dari kesusahan-kesusahan-nya di dunia, maka Allah akan meringankan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan pada hari qiyamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang dalam kesulitan, Allah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa menutup aib orang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu suka menolong saudaranya”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2074]
Alloh lah yang lebih mengetahui akan kebenarannya.
السلام عليكم
BalasHapusPak untuk UAS semester 6 B kisi kisinya gimana ?
Terima kasih...
السلام عليكم
BalasHapusPak untuk UAS semester 6 B kisi kisinya gimana ?
Terima kasih...
Assalamualaikum..
BalasHapusAlhamdulillah setelah saya membaca teori tersebut pengetahuan saya bertambah dan akan saya coba terapkan kepada anak didik saya.
Saya ucapkan banyak terimakasih.
Assalamualaikum..
BalasHapusAlhamdulillah setelah saya membaca teori tersebut pengetahuan saya bertambah dan akan saya coba terapkan kepada anak didik saya.
Saya ucapkan banyak terimakasih.
assalamu'alaikum
BalasHapusAlhamdulillah, setelah membaca artikel di atas. saya beranggapan bahwa teori ini sangat cocok untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar karena dengan teori ini semua aspek pendidikan dimulai dari kognitif, afektif dan psikomotornya akan tercapai.
sekian komentar dari saya, mohon maaf apabila terdapat kekeliruan. terima kasih dan wassalamu'alaikum.
Assalamu'alaikum Wr.Wb
BalasHapusalhamdulilah setelah saya membaca teori diatas saya menambah wawasan dan ilmu-ilmu yang bemanfaat.dan bisa langsung diterapkan khususnya pada saya umumnya pada anak didik saya.
Dengan belajar mengarahkan sekaligus memotivasi diri sendiri,saya juga setuju bahwa pendekatan humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan,komunikasi terbuka,serta nilai-nilai yang dimiliki .
metodenya juga sangat bagus,karena mengarahkan nilai-nilai kerjasama,saling membantu,dan menguntungkan,kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam prosess pembelajaran.
Sekian dan terima kasih
wassalam.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamu'alaikum Wr.Wb Menurut saya Teori humanistik adalah
BalasHapus1. Teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya
2. Tokoh dalam teori ini adalah C.Roger dan Arthur Comb
3. Aplikasai dalam teori ini siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan,norma,disiplin atau etika yang berlaku serta guru hanya sebagai fasilitator.
Sekian dan terima kasih
wassalam.
subhaanallah..semoga ilmu ilmu yang disampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua..aamiin
BalasHapusamiin yarobbalalamiin
HapusAssalamualaikum, ,setelah membaca artikel dari bapa banyak motipasi buat saya,terimakasih atas ilmunya semoga menjadikan dunia pendidikan kita lebih berkilau semoga saya bisa mengaflikasikan teori-teori yang sesuai dan tpat,saya setuju dengan teori humanistik dan konstruktifistik karena dari kedua teori ini saya dengan mudah. Mengarahkan anak didik saya mencapai sesuatu pencapaian yang di harapkan.
BalasHapusWassalam dan terimakasih
Nama:emas masky islami
Prodi:PGRA B
Assalamu'alaikum wr wb.. saya setuju dengan teori humanistik yang bertujuan bahwa belajar itu ditujukan untuk memanusiakan manusia yaitu agar manusia dapat belajar dengan optimal yang mmenekankan siswa agar lebih aktif lagi dalam proses pembelajaran jangan hanya menerima saja apa yang diberikan oleh guru. tapi siswa harus aktif mencari bahan yang akan diajarkan guru. siswa pun akan mendapat banyak pengalaman. Guru dan siswa harus kerjasama dalam proses pembelajaran agar tercipta suasana yang nyaman dalam belajar.
BalasHapusjika siswa belajar hanya mengandalkan apa yang diberikan guru, siswa tersebut tidak akan berkembang. keahlian yang dimiliki siswapun tidak akan terlihat, suasana belajar akan monoton dan menjadikan proses belajar menjadi jenuh.
nama : Rosydah Ramdani Asiddiq
kelas : PGRA B
Assalamu'alaikum. teori humanistik perlu dan sangat penting diterapkan dalam metode pembelajaran, karena teori ini sangat mengedepankan karakteristik kognitif yaitu mengaplikasikan segala ilmu yang telah diserap ke dalam kebutuhan diri setiap manusia. Kelemahan sistem pembelajaran yang terjadi adalah seseorang yang menyerap ilmu pengetahuan akan tetapi sulit untuk menerapkannya dalam kehidupan. Yang kedua teori humanistik menerapkan psikologi setiap siswa/yang menyerap ilmu, hal ini juga sangat penting karena ilmu akan bisa diserap bahkan bisa menyenangkan ketika seorang pendidik memahami psikologi siswa/murid.
BalasHapusNama: Eneng Siti Sopiah
Kelas: PGRA B
Assalamu'alaikum. wr. wb. terimakasih pak atas postingannya yang sangat bermanfaat, semoga dengan adanya penjelasan mengenai teori-teori tersebut saya mendapatkan pencerahan, apalagi saya sebagai guru RA sangat penting untuk mengetahui teori-teori tersebut, agar dalam proses pembelajaran terhadap murid dapat terarah sesuai dengan jalunya. walaupun di dalam teori-teori tersebut masih ada kelemahannya/kekurangannya, mungkin sekian komentar saya, mohon maaf atas segala kekurangannya,
BalasHapusWassalam,
Nama: Nina Ulfa Hasanah
BalasHapusProdi: PGRA A semester IV
Assalamualaikum..
BalasHapusmenurut saya teori ini ada sisi negatif dan positip, teori ini kurang pas jika digunakan untuk anak PAUD, karena teori ini sifatnya abstrak lebih mengedepankan filsafat, sedangkan anak PAUD belajar dengan Kongkret. teori ini lebih cocok usia sekolah Formal (SD, SMP, SMA dan umum) atau usia tertentu. karena teori ini belajar tentang konsep bagaimana manusia seharusnya seperti belajar tentang kejujuran, kreativitas, pemahaman dll.
Assalamualaikum pak mohon di jelaskan Menurut Gagne tentang Fase-Fase belajar yang 9 tahapan itu apa saja dalam proses belajar ! Wassalam terimakasih
BalasHapusRINA SYARIFAH PGRA B
BalasHapusBapak menyatakan bahwa "Dengan kata lain, pendekatan humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Guru, oleh karenanya, disarankan untuk menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran." Kemudian Bapak mengaitkannya dengan teori Burner, yang saya asumsikan sebagai sebuah teori yang sedikit relevansinya dengan ungkapan Bapak di atas.
Lalu apakah teori Bruner
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamualaikum...
BalasHapusAlhamdulillah setelah saya membaca artikel bapak teori ini sangat baik Bagus karena teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk dapat berfikir induktif mementingkan pengalaman dan membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran. Karena proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada murid untuk bergerak bebas dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri ,guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pempimbing.
Wassalam
PAHMI RAHMAWATI
PGRA B
SEMESTER 4
assalamualaikum pak
BalasHapusseperti yang sudah kita ketahui bahwa pendidilan luar sekolah sangat lah penting bagi pengembangan potensi setiap individu karena dengan adanya progran-program pls dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia selain itu juga memberi kesempatan setiap individu mkendapat ilmu baik ilmu pengetahuan dan keahlian yang tentunya sangat berguna dalam kehidupan selain itu dapat juga meningkatkan taraf hidup setiap individu
terimakasih wassalam halimah nuraeni PGRA semester 4 A
HapusAssalam..
BalasHapusPa,teori belajar humanistok menurut Arthur W.Cmbs: brlajar itu mempunyai arti bagi individu dgn tidak memaksakan materi yg tidak disukai oleh peserta didik.
BalasHapusApakah dgn hal tersebut tidak merubah konsistensi guru untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran bagi siswa?
The Best Slots | Casino Roll
BalasHapusThe best slots 바카라 사이트 at Casino Roll. If you love https://jancasino.com/review/merit-casino/ table games, to play https://access777.com/ blackjack, you sol.edu.kg have to bet twice for the dealer to win. The 바카라 사이트 dealer must