Manajemen Strategis dalam Sekolah Unggul
1. Definisi Manajemen Strategis
Dengan
memperhatikan kaitan yang ada, antara tujuan lembaga pendidikan (sekolah) dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya maka
pengertian dan komponen pokok manajemen strategis dapat diartikan sebagai usaha
manajerial menumbuhkembangkan seluruh
kekuatan lembaga untuk mengoptimalkan setiap peluang yang ada yang muncul guna
mencapai tujuan lembaga yang telah
ditetapkan sesuai dengan visi dan misi
yang telah ditentukan. Pengertian ini
juga mengandung imlplikasi dan konsekwensi bahwa
perusahaan berusaha mengurangi kelemahannya dan berusaha melakukan adaptasi dengan lingkungan dan seluruh stakeholdernya. Pengertian ini juga menunujuk bahwa lembaga berusaha untuk
meminimalisir dampak negatif yang
ditimbulkan oleh ancaman dari faktor eksternal lembaga.
Sedangkan komponen pokok manajemen strategis adalah:
(1) analisis lingkungan lembaga yang
diperlukan unutk mendeteksi dan memprediksi
peluang dan ancaman lembaga; (2) analisis profil lembaga untuk mendeteksi kekuatan dan kelemaan
lembaga (3)strategi kelembagaan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan memperhatikan (4) visi
dan misi lembaga. Hubungan antara
lingkungan dan lembaga memberi indikasi apa yang dapat dikerjakan dalam kurun
waktu tertentu (What is Possible). Dari titik ini dapat diketahui posisi dan keberadaan lembaga dapat diketahui
(where am I now). Sedangkan
keterkaitan antara analisis lingkungan
lembaga, profil lembaga dan visi misi lembaga mengacu pada apa yang diinginkan (what is desired) oleh stakeholder
lembaga serta bagaimana cara mencapainya (how
to get).
Untuk memperjelas
definisi manajemen strategis, di bawah ini akan penulis
paparkan beberapa pengertian manajemen strategis yang dikemukakan oleh para pakar manajemen strategis sebagai
berikut:
Strategic management is that set of managerial
decision and action that determines the long-run performance of a corporation.
It includes environmental scanning, strategy formulation (strategic of long
range planning, strategy implementation, and evaluation and control. The study
of strategic management therefore
emphasizes monitoring and evaluating environmental opportunities and threat of a corporation strength and weakness. Wheelen and Hunger (1995:5)
Wheelen dan Hunger menekankan
pengambilan keputusan dan tindakan secara manajerial untuk
keberhasilan oraganisasi dalam jangka panjang. Dengan berpijak pada analisa lingkungan, formulasi
serta implementsi strategis yang tepat, evaluasi dan pengawasan yang juga terencana. Menurut mereka penerapan manajemen strategis adalah
terletak pada pengkajian secara cermat pada masalah lingkungan untuk
mempelajari ancaman yang ada serta peluang yang memungkinkan bagi kemajuan organisasi
dengan berpijak pada kekuatan, kelemahan
yang dimiliki organisasi.
Definisi lain yang dikemukakan
oleh Montanary Cs.(1989), adalah;
Strategic management aims to integrate the planning
function with the overall management task. Beyond this point, there are
differing views as to exactly what is entailed in strategic management. As in
the private sector, strategic planning involves analyzing the environment for
opportunities or cope with threats. In one view, strategic management includes
these two aspect of strategic planning and extend strategy development to
include strategy implementation and strategic control. (Montanary,
Daneke and Bracker ,(1989PP.25-26).
Definisi dari Montanary bahwa: inti utama dari definisi manajemen strategis
menurutnya adalah pengintegrasian fungsi perencanaan dengan tugas manajemen
yang lainnya. Menurut mereka diawali dengan perencanaan strategis pada lingkungan untuk mengkaji peluang dan
mengatasi ancaman dengan penekanan pada
dua aspek yakni perencanaan implementasi
strategis dan pengawasan strategis.
Sedangkan Philip Kotler (1988:44), memberi
batasan manajemen strategis adalah: proses manajerial untuk mengembangkan dan
mempertahankan kesesuaian yang layak antara sasaran dan sumber daya perusahaan dengan peluang-peluang pasar yang selalu
berubah. Tujuan manajemen strategis
adalah terus menerus mempertajam bisnis dan produk perusahaan sehingga
keduanya berpadu menghasilkan laba
dan pertumbuhan yang memuaskan.
Sedangkan
Michael Hit dan R. Duanne Ireland,
Robert E. Hoskisson (1999:29) memberi
batasan bahwa: Proses Manajemen
Strategis, yang dinamis hakekatnya, adalah serangkaian penuh komitmen keputusan
dan tindakan yang diperlukan oleh sebuah perusahaan (organisasi) untuk mencapai
daya saing strategis dan memperoleh hasil di atas rata-rata. Input strategis
efektif relevan berasal dari analisisi lingkungan eksternal dan internal,
diperlukan untuk formulasi dan implementasi strtategi yang efektif.
Kenneth Primozik (1991:31) memberi pengertian manajemen strategis yaitu
sebagai suatu proses yang mempunyai akibat antara lain, perubahan salah satu
komponen akan mempengaruhi beberapa atau
seluruh komponen yang lain, proses pembuatan,
penerapan dan eveluasi strategi merupakan proses yang berurutan.
Manajemen strategis tidak terlepas dari perencanaan
strategis yang merupakan hal sangat vital dalam mengelola lembaga untuk mencapai keberhasilan tujuan lembaga. Sebaliknya
tindakan strategis adalah prasarat untuk
dapat mencapai hasil yang
diinginkan bagi daya saing strategis dan laba
di atas rata-rata. Jadi, proses manajemen strategis digunakan untuk
mencocokan kondisi lingkungan dan struktur persaingan yang selalu berubah
dengan sumber daya, kapabilitas,dan kompetensi (sumber input strategis)
perusahaan yang terus menerus berkembang. Tindakan strategis efektif yang
dilakukan dalam konteks formulasi dan implementasi strategis yang diintegrasikan dengan cermat
akan menghasilkan Hasil (output strategic) dan dampak (outcomestrategic) yang diinginkan.
Gambar 2.11.
Proses Manajemen Strategis
Sumber. Michael Hit, R. Duanne Ireland (1999)
Strategi selalu memberikan keuntungan sehingga jika
proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi gagal untuk mencapai keuntungan bagi organisasi maka
proses manajemen tersebut tidak dapat disebut manajemen strategi.
Siagian (2000;43)
menyebut bahwa strategi merupakan cara-cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh suatu orang untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Pengertian lain yang dikemukakan oleh Hak dan
Majlur (Salusu,1998: 100)
menyebutkan bahwa strategi :
1)
Adalah suatu pola keputusan
yang konsisten, menyatu dan integral
2)
Menentukan dan menampilkan
tujuan organisasi dalam arti sasaran
jangka panjang, program kegiatan dan skala prioritas, alokasi sumberdaya
manusia.
3)
Menyeleksi bidang yang digeluti
organisasi
4)
Mencoba mendapatkan
keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat
terhadap peluang dan ancaman dari
lingkungan eksternal organisasi dan
kekuatan serta kelemahannya.
5)
Melibatkan semua tingkat
hierarkis dari organisasi
2. Faktor-faktor Strategik dalam Pengembangan Sekolah Unggul
a. Analisa Potensi
Lingkungan Internal
Strategi adalah “suatu
pertimbangan dan pemikiran yang logis, analitis serta konseptualisasi hal-hal
penting atau prioritas (baik dalam jangka panjang, pendek maupun mendesak),
yang dijadikan acuan untuk menetapkan langkah-langkah, tindakan, dan cara-cara
(taktik) ataupun kiat (jurus-jurus) yang harus dilakukan secara terpadu demi
terlaksananya kegiatan operasional dan penunjang dalam menghadapi tantangan
yang harus ditangani dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan ataupun
sasaran-sasaran dan hasil (output) yang
harus dicapai serta kebijaksanaan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Strategi
paling baik didefinisikan sebagai ”melakukan hal yang benar” sementara taktik
adalah “melakukan segalanya dengan benar”. Strategi yang baik datang dari cara
berfikir yang benar (Depdiknas 2007:45).
Dalam mengembangkan strategi, dua pertanyaan mendasar
harus dijawab, yaitu: (a).Apa yang harus dilakukan? Dan (b) Bagaimana melakukannya? Sejalan
dengan itu Daft (1988) dalam
Depdiknas (2000;23), mendefinisikan strategi
sebagai rencana tindakan yang berupa
penentuan alokasi sumber daya dan kegiatan untuk bergelut dengan lingkungan dan
membantu organisasi mencapai tujuannya. Pada level tertinggi dalam sebuah
struktur organisasi, tingkat sekolah misalnya, strategi yang digunakan disebut
dengan grand strategy.
Seorang
manajer dalam kaitan ini seorang kepala sekolah dalam merencanakan, merumuskan
serta menjalankan proses manajemen
strategi mengacu pada teori Wheelen dan
Hunger (1995), meliputi empat tahapan
yaitu:
- environmental scanning (analisa lingkungan)
- strategy formulation (formulasi strategi)
- strategi implemention (implementasi strategi)
- evaluation and control (evaluasi dan pengawasan)
Gambar 2.12 Umpan
Balik Model Manajemen Strategis.
Sumber :Whelen Hunger.
1995.p.1
Proses
manajemen strategis meliputi rentang mulai dari analisa lingkungan hingga performansi evaluasi, analisa manajemen baik faktor di dalam maupun para stakeholder
yang berada di luar dengan intensitas
yang dekat, sedang maupun jauh, dalam proses selanjutnya menganalisa peluang
dan ancaman yang datang dari lingkungan eksternal serta kemudian diikuti dengan
analisa lingkungan internal untuk masalah kekuatan dan kelemahan, sejalan
dengan pendapat Rowe et.al (1989, p.3);
Strategic
Management: is -the process of aligning the internal capability of an
organization with the external demand of its environment- is needed to allocate
human and material recourses
effectively. The strategic management process form the basis to formulate and implement strategic that achieve an organization‘ goals and objectives.
Bagaimana
strategi dari pimpinan sekolah untuk merajut kapabilitas internal untuk mengatasi
faktor lingkungan eksternal dengan pemberdayaan sumber daya manusia dan sumber
daya alam dengan menggunakan strategi yang tepat demi mencapai tujuan organisasi. Namun
memilih strategi yang tepat bukanlah
hal yang mudah perlu pengkajian yang
mendalam dan cermat, baik faktor internal organisasi juga faktor eksternal.
Selain itu dengan menggunakan analisa kajian lingkungan yang tepat Rowe juga
mengusulkan pimpinan sekolah perlu mempertimbangkan baik secara implisit maupun eksplisit
beberapa faktor penting yang Rowe menyebutnya dengan faktor ABC’s, 3Fs, dan 3
Ss. Faktor-faktor yang dimaksud Rowe dan kawan-kawa tersbut adalah;
Assumption, Belief, Consequences.
Keputusan yang diambil biasanya berdasarkan pada asumsi karena tak seorangpun
bisa meprediksi dengan tepat hasil dari suatu strategi yang digunakan.
Keyakinan akan nilai-nilai dan kepercayaan sangat perlu untuk menjadi bahan
pertimbangan manajer puncak terutama dalam kajian evaluasi. Dan akhirnya
seorang manajer strategis harus mengkaji konsekuensi dari sebuah strategi.
Focus, Forces, fit ketiga faktor ini membantu pimpinan dalam hal
ini kepala sekolah untuk memilih strategi alternatif yang konsisiten dengan tujuan dan kapabilitas
lembaga. Kekuatan dari luar pesaing, pelanggan, desakan teknologi, aturan
pemerintah, semua ini mempengaruhi kebutuhan dan untuk menjawab apa kebutuhan
pasar alternatif strategis perlu dilakukan untuk menjawab semuanya, namun tentu
saja harus tetap merefleksikan fokus, tujuan dan esensi dari organisasi. Di
samping itu mengukur kemampuan, kecocokan dan kekuatan organisasi dalam
menerapkan strategi dengan kondisi
lingkungan eksternal yang ada dalam
upaya memenuhi harapan stakeholder
merupakan kemungkinan yang terbaik dalam menggapai sukses.
The three S yaitu Strategy, structure, style ketiga faktor ini harus selaras dalam
menjalankan strategi. Strategi
mereperesentasikan langkah dan tindakan
yang dipilih oleh organisasi
untuk mencapai tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Strategi harus
didukung oleh struktur organisasi yang merefleksikan budaya organisasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh
Mc Kinsey seperti terlihat dalam gambar:
Gambar
2.13. Model Strategi Mc. Kinsey
Sumber: Depdiknas (2009)
Sementara Mc.
Kinsey menyebutkan bahwa keberhasilan
suatu strategi terpaut erat dengan faktor-faktor lainnya yang menjadi sarat apakah suatu strategi
bisa berjalan baik, yaitu: kecakapan dari pimpinan
itu sendiri menjadi prasarat utama dalam implementasi strategi, sruktur
organisasi kelembagaan juga akan mempengaruhi keberhasilan suatu strategi, gaya
manajerial yang berjalan baik dari
tingkatan manajemen tingkat atas, menengah
sampai bawah, faktor selanjutnya
kebiasaan staf pelaksana akan mempengaruhi implementasi strategi. Sistem atau
mekanisme dan prosedural yang telah biasa berjalan dalam lembaga terkait juga
akan sangat menunjang, yang terakhir
semua implementasi strategi takan bisa terlepas dari budaya organisasi.
Mengacu
pada konsep pengembangan organisasi sekolah yang dirumuskan oleh seorang pakar
pendidikan Indonesia yaitu Ahmad Sanusi yang mengadopsi konsep Kaplan dan
Norton yaitu Balanced Scored Card yang kemudian direkontruksi oleh
beliau dengan model Kartu Kendali Kegiatan Berimbang (KKKB) dan lebih dispesifikasikan dengan Sub-Konsep yaitu untuk menyertai pelaksanaan MBS dan KBK. Dalam konsep tersebut Sanusi (2004), menyarankan bagi setiap organisasi
sekolah yang sudah maju dan terkemuka,
yang masih sederhana dan terbelakang yang menghendaki kemajuan secara berkelanjutan mesti melihat
dirinya dari lima perspektif besar,
yaitu:
a)
Perspektif visi, posisi dan strategi. Sesudah mengadakan
analisis SWOT secara intensif, apakah sekolah mempunyai visi dan strategi, yang
jelas, tepat dan sudah disosialisasikan, dapat berkembang, telah diperiksa
apakah benar ada nilai-nilai yang dapat
dijadikan dasar tujuan dan rujukan.
b)
Perspektif output-produk benda atau jasa yang hendak
dihasilkan dan ditawarkan kepada pelanggan dan para stakeholder. Yang meliputi
kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler yang mengandung unsur comparative and competitive advantage,
sebagai hasil kajian dokumenter secara
historis-sosiologis dan survey lapangan.
c)
Perspektif organisasi dan personal sekolah atau sumber daya manusia yang meliputi;
pertumbuhan organisasi dan personalia, perkembangan keorganisasian dan personel
strategik
termasuk di dalamnya menjadi organisasi pembelajar yang berkelanjutan (sustainable
learning organization,) pembagian atau deskripsi jabatan secara terperinci dan juga meliputi
rencana strategis
dan rencana operasional dengan pola perbaikan segi-segi tertentu dalam bidang organisasi dan personal (incremental
continuous day by day quality improvements) berikut sistem pendukungnya
yang terbuka
d)
Perspektif manajemen siswa, pelanggan dan stakeholder
yang juga mencakup diagnosis sekolah dalam perspektif kesiswaan dan kelompok
pelanggan yang meliputi pertumbuhan kesiswaan, pelanggan dan stakeholder strategis
e)
Perspektif keuangan, sarana-prasarana dan alat-alat yang
meliputi; pertumbuhan manajemen keuangan, sarana prasarana, perubahan manajemen sarana dan prasarana yang strategis
DAFTAR PUSTAKA
Batten,
J.D. (1989) Though Minded Leadership,
New York:American Management Association
Cheng, Y. C. (1993). Profiles of organizational culture and effective schools. School Effectiveness and School
Improvement, 4(2):85-110.
Cook
& Macaulay (1996). Perfect
Empowerment (terjemahan) Jakarta; Gramedia.
Davis, Gary A. & Thomas, Margaret A. (1989). Effective Schools and Effective Teachers. Massachusetts: Ally and
Bacon.
Day,
Christopher and Alma Harris.
(2007). Effective Schools Research
http;//www.ncsl org.uk/publication-az.cfm .
Departemen Pendidikan Nasional (2006), Pengembangan
Budaya dan Iklim Pembelajaran di Sekolah. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta.
Djohar, H. (2003). Pendidikan Strategik; Alternatif untuk Pendidikan
Masa Depan. Yogyakarta; LESFI.
DuFour, R and Eaker R
(1987). The Principal as a Leader: Two
Major Responsibilities. NASSP Bulletin.
Flippo,Eb. (1983). Personnal Management, New York; MCGraw-Hill International Book
Company.
Freire,
Paulo. (1999). Politik Pendidikan, Kebudayaan dan Pembebasan Terjemahan. Agung
Prihantoro dan Arif F. Yogyakarta: READ dan Pustaka Pelajar.
Furlong, C. & Monahan L. 2000. School Culture and Ethos. Dublin:
Marino Institute of Education.
Hasibuan, (1996).
Motivasi dalam Organisasi. Mandar Maju. Bandung.
Johansson, R. (1993).
System Modelling and Identification,
New York:
Prentice-Hall.
International. Inc
John P. Kotler.
& James L. Heskett, (1998). Corporate
Culture and Performance. (terj.
Benyamin Molan). Jakarta: PT Prehalindo.
Kinsler
Kimberly & Gamble Mae. (2001). Reforming Schools. London; Continuum.
Lerner, A.L. (1999). A Strategic Planning Primer for Higher
Education. Northridge. California: College of Business
Administration and Economics, California State University
Lezotte,
L.W (1989). Effective Schools Research Model for Planned Change. Effective
Schools Products, Limited. Michigan Okemos. July 1989.
Maslow A.H (1970). Motivation and Personality.
(2nd ed). New York; Harper and Row. Tersedia www.alibris.com/search/books/qwork/
4479958 .
Nisyar. K dan Winardi
(1997). Manajemen Strategik. Bandung. Mandar Maju.
Purkey, S.C& Smith,M.S. (1983).
Effective School: Interpreting The Evidence American Journal of Education, 83
(1983) 427-452.
Sinclair, and Hatton (1988). The Motivation in School. Sidney; Allen & Unwin.
Praktek Edisi
Revisi V. Jakarta Rineka Cipta.
Townsend, T. (1994). Goals
for Effective School: the view from the
field , School Effectivenes and School Improvements. Belfast Davod Fulton
.inc
Focus, forces, n fit ketiga faktor yg harus dimiliki Vicky, sang calon kepala sekolah hihihi
BalasHapusBlog nya keren 😍 bisa dijadiin referensi tugas kuliah dan tugas kerja
Sepertinya kalau sekolah benar-benar mengimplementasikan manajemen strategis di sekolah dan semua warga sekolah paham tentang manajemen strategis tersebut pasti sekolah akan maju. Semoga tulisan Bapak ini bisa menjadi inspirasi buat para kepala sekolah, guru-guru, terutama untuk saya sendiri. Terima kasih ilmunya, Pak.
BalasHapusterima kasih .. semoga
BalasHapusTerimakasih pak atas ilmunya,inspirasi buat saya sebagai pemula dalam mengelola suatu lembaga.syukran jazakalloohu khoiron katsiiron piddunya wal akhiroh.Amiin.
BalasHapus