17.23.00
20
 

KONTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN


Wheatley (1991: 12) mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.Teori Konstruktivisme Temuan teori yang dewasa ini amat populer dan berdampak luas pada skala internasional adalah teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme memantapkan teori-teori belajar sebelumnya dan memberikan pencerahan bagi peralihan dari konsep belajar yang berpusat pada guru (teacher-centred learning) ke arah konsep belajar yang berpusat pada peserta didik (student-centred learning). Orientasi yang berpusat kepada peserta didik pada akhirnya diwujudkan dalam pendekatan belajar aktif (active learning approach). Ini adalah paradigma yang mempengaruhi beragam inovasi pendidikan yang dilakukan di berbagai penjuru dunia sejak awal tahun 1970 hingga sekarang. 

Belajar adalah proses aktif peserta didik menemukan fakta, prinsip, dan konsep sendiri. Untuk itu, pentinglah mendorong peserta didik berasumsi (menebak atau berhipotesis) dan berpikir secara intuitif (Brown dkk., 1989; Ackerman, 1996). Dalam kenyataan, realitas bukanlah sesuatu yang dapat ditemukan karena tidak ada sebelumnya. Kukla (2000) membuktikan bahwa realitas dikonstruksi oleh kegiatan individu sendiri dan bahwa orang-orang, bersama-sama sebagai warga suatu masyarakat, menemukan ciri-ciri realitas (dunia). Penganut konstruktivisme yang lain setuju dan menekankan bahwa individu membangun makna melalui interaksi satu sama lain dan dengan lingkungan tempat mereka hidup. Dengan demikian, pengetahuan adalah produk manusia dan dikonstruksi secara sosial dan budaya (Ernest, 1991; Prawat and Floden, 1994). 

McMahon (1997) setuju bahwa belajar adalah suatu proses sosial. Ia menyatakan bahwa belajar bukanlah proses yang hanya terjadi dalam pikiran individu, bukanlah suatu perkembangan perilaku yang pasif yang dibentuk oleh kekuatan eksternal. Belajar yang bermakna terjadi ketika individu terlibat dalam aktivitas sosial. Pengertian Pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman. 

Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan karena kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa. B. 

Proses Belajar dalam Konstruktivistik: Constructivism is a theory of knowledge[1] that argues that humans generate knowledge and meaning from an interaction between their experiences and their ideas. It has influenced a number of disciplines, including psychology, sociology, education and the history of science.
  1. Proses belajar konstruktivistik Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui prosesnya asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya.
  2. Peran Siswa Menurut pandangan kontruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh pemelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagian terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. 
  3. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh karena itu meskipun kemamuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
  4. Peranan Guru Dalam belajar kostruksi guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa untuk membentuk pengetahuaanya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. 

Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemampuannya. Peranan guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendali, yang meliputi; 
  1. Menumbuhkan kamandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak. 
  2. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa. 
  3. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk latihan. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya. 
  4. Sarana belajar Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikiranya tentang sesuatu yang dihadapinya. Untuk menyampaikan pengalaman yaitu menyajikan bahan kepada murid-murid yang sekiranya tidak mereka peroleh dari pengalaman langsung. Ini dapat di lakukan dengan melalui film, TV, rekaman suara, dan lain-lain. Hal ini merupakan pengganti pengalaman yang langsung.
  5. Evaluasi Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman. 

C. Karakteristik perspektif konstruktivistik
Beberapa karakteristik yang merupakan prinsip dasar prespektif kontruktivistik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
  1. Mengembangkan strategi alternatif untuk memperoleh dan menganalisis informasi.
  2. Dimungkinkannya prespektif jamak dalam proses belajar. 
  3. Peran siswa utama dalam proses belajar, baik dalam mengatur atau mengendalikan proses berfikirnya sendiri maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya. 
  4. Peran pendidik atau guru lebih sebagai tutor, fasilitator, dan mentor untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan proses belajar siswa.
  5. Pentingnya kegiatan belajar dan evaluasi belajar yang otentik. 

Pembentukan pengetahuan menurut model konstruktivisme memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi (Piaget,1988:60). Pengetahuan yang ditransformasikan diciptakan dan dirumuskan kembali (created and recreated), bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Bentuknya bisa objektif maupun subjektif, berorientasi pada penggunaan fungsi konvergen dan divergen otak manusia ( Semiawan, 2001: 6 ). 

Dalam konstruktivisme kita sendiri yang aktif dalam mengembangkan pengetahuan. Menurut cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah proses untuk membanguin pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Evaluasi pembelajaran. Dalam treori kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui kualitas siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran. Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia seringkali diasosiasikan dengan pendekatan paedagogi yang mempromosikan learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

 Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut: 1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai. 2. Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup. 3. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru. 

Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang. 4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk belajar 5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa. 6. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.

 Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak lengkap. Teori Konstruktivisme Teori konstruksivisme membawa implikasi dalam pembelajaran yang harus bersifat kolektif atu kelompok. Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu penciptaan suasana yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. 

Mengajar berarti partisipasi aktif guru bersama-sama siswa dalam membangun pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah belajar itu sendiri. Konstruktivisme memandang Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi. Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya. 

Teori ini lebih menekankan pada diri siswa dalam penyusun pengetahuan yang ingin diperoleh oleh siswa tersebut. Teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna menggembangkan dirinya sendiri. 


Next
This is the most recent post.
Posting Lama

20 komentar:

  1. Assalamu’alaikum, wr, wb.
    Nama : Patmawati
    Semester : v ( lima regular)
    Seperti yang telah dijelaskan di atas, dapat kita ketahui bahwah teori kontruktivisme merupakan sebuah pembelajaran yang memberikan momentum kepada siswa agar siswa dapat mengetahui secara aktif kognitif itu sendiri. Maka jika teori kontruktivisme diterapkan dalam proses pembelajaran maka dalam hal ini, guru hanya sebagi fasilitator dan mediator, guru tidak diperuntukan dalam memberikan pengetahuan secara langsung kepada peserta didik, namun dalam hal ini guru hanya memberikan fasilitas dan pengarahan kepada peserta didik agar peserta didik secara aktif melakukan kognitif dengan hipotesanya. Peserta didik melakukan pengamatan, pencarian dan pengetahuan dengan keritis maka pengetahuan itu akan lebih lama diingat, dibandingkan dengan guru yang memberikan sebuah pengetahuan .


    BalasHapus
  2. assalamu'alaikum wr.wb
    alhamdulillah setelah membaca materi di atas setelah di cermati bisa d simpulkan, menurut pemahaman saya bahwa teori konstruktivisme ini merupakan cara dimana pembelajaran tidak hanya di lakukan oleh siswa saja melainkan guru pun ikut belajar. Memang materi atau informasi itu dari pengajar atau guru, tapi guru hanya sebatas fasilitator, selebihnya siswa yang menggali lebih dalam lagi informasi yang ingin di dapat. dan guru harus siap dengan pendapat yang akan di lontarkan oleh siswa, jika berbeda dengan pendapat guru maka harus di terima jangan sampai guru menyalahkan pendapat siswa, alangkah baiknya jika hal tersebut dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
    Mungkin itu yang dapat di sampaikan, mohon maaf jika ada kesalahan.
    Wassalaamu'alaikum wr.wb

    BalasHapus
  3. Nama : Nita Restania
    prodi : PAI 5A

    Assalamu'alaikum Wr.Wb
    mengenai konstruktivisme yakni..................
    "Constructivism is a theory of knowledge".
    merupakan sebuah teori ilmu pengetahuan yang memberikan kebebasan bagi seorang murid untuk mengexplore bakat dan minatnya sesuai dengan kemampuannya. Artinya, ilmu pengetahuan yang diperoleh bukan hanya berasal dari guru saja melainkan menggali sumber lain yang mumpuni. Sehingga, murid akan memperoleh wawasan yang luas.
    Alangkah baiknya setiap guru disamping sebagai fasilitator juga berperan sebagai motivator. sehingga, murid akan tergugah untuk "confidence" dalam menggali wawasan ilmu pengetahuan.

    sekian & terima kasih
    Wassalamu'alaikum Wr.Wb

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

  5. siti khodijah15 November 2016 03.13
    nama : siti khodijah
    prodi : pgra semester 3
    Assalamu'alaikum wr.wb
    Dari pemaparan di atas dapat saya simpulkan bahwa teori ini berfokus pada siswa,dimana siswa mendapat pengetahuan berdasarkan pencariannya sendiri.
    Anak mengembangkan pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang di alami nya,entah itu dengan uji coba atau bahkan mungkin dengan terjun langsung.
    Menurut saya,peran guru disini selain dari fasilitator tapi juga sebagai contoh konkrit anak,jadi anak menggali lebih dalam pengetahuannya berdasarkan bukti nyata.
    Ketelitian guru dalam menilai juga menjadi faktor yang sangat penting,karena dengan latar belakang anak dan pengalaman anak yang berbeda pula akan menghasilkan pengetahuan yang berbeda. Guru di tuntut untuk menilai segala aspek pendukung proses pembelajaran anak,bukan hanya dari titik keberhasilan si anak.
    sekian yang dapat di sampaikan, mohon maaf jika ada kesalahan.
    Wassalaamu'alaikum wr.wb

    BalasHapus
  6. Jazakalloh bpak. Ijin share ! 😉

    BalasHapus
  7. name is Enjang Sukandi Setiawan
    assalamu'alaikum ,,
    In my opinion the constructivist learning theory.
    as we know, that this theory is more inclined to the students, the students seek his own knowledge and teacher just being a facilitator, guiding, directing, dan evaluating..
    jadi konstruktivis ini akan memberikan sisi fositif terhadap anak, anak akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap dirinya, mendewasakan dirinya, dan akan mengetahui siapa dirinya. selebihnya hampir sama dengan pendapat rekan yang lain.

    BalasHapus
  8. Assalamu'alaikum wr. wb
    Dalam teori kontruktivisme ini lebih di fokuskan kepada siswa agar mampu belajar secara aktif atau mandiri, karena dalam teori ini guru hanya menjadi fasilitator dimana guru hanya memantau cara kerja siswa dalam proses pembelajaran.
    sekian dan terima kasih, mohon maaf jika ada kesalahan
    Wassalamu'alaikum

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. Assalammualaikum
    Jadi pada dasarnya kontruktivisme menekankan pengetahuan sebagai kontruksi aktif belajar dimana kekreatifan dan keaktifan siswa tersebut dapat membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Sehingga mereka akan menjadi orang yang kritis dalam menganalisis sesuatu hal karena mereka berfikir dan bukan hanya meniru saja. Dan guru disini hanya sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi belajar lancar dengan baik.
    Wassalammualaikum

    BalasHapus
  11. Bismillah
    konstruktuvisme adalah sebuah teori pembelajaran yang menjadikan anak aktif dikarenakan teori ini berpusat pada anak. sehingga pada teori ini guru sebagai fasilitator di dalam sebuah proses pembelajaran. Selain itu teori ini berguna untuk mengembangkan metode saintifik yang akan mengembangkan tingkat kreativitas anak dan menambah wawasan melalui metode yang aktif.

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  13. Bismillah
    nama susi karwati
    dapat saya simpulkan bahwa teori konstruktivisme adalah sebuah teori pembelajaran yang berpusat pada anak guna mengembangkan tingkat ke kreativitasan anak melalui metode saintifik yang membuat anak tertarik terhadap proses pembelajaran. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam sebuah proses pembelajaran.

    BalasHapus
  14. Bismillah
    nama susi karwati
    dapat saya simpulkan bahwa teori konstruktivisme adalah sebuah teori pembelajaran yang berpusat pada anak guna mengembangkan tingkat ke kreativitasan anak melalui metode saintifik yang membuat anak tertarik terhadap proses pembelajaran. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam sebuah proses pembelajaran.

    BalasHapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  16. Bismillah.
    Teori kontruktivisme adalah suatu teori yg menjadikan siswa untuk mandiri dalam pencarian suatu bahan ajar selain Dari yang diberikan guru,karena dalam teori kontruktivisme ini guru berperan sebagai facilitator Dan motivator.

    BalasHapus
  17. Asalamu'alaikum pak.
    Nama : Husni Fauziyani
    Semester: V A-PAI
    Dari materi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa teori konstruktivisme adalah sebuah teori pembelajaran yang bersifat generatif.Pada pembelajaran ini,siswa belajar aktif dan diberikan kesempatan untuk mengembangkan dan membangun pengetahuannya secara mandiri. Dalam hal ini,guru tidak hanya sebatas fasilitator dan mediator tetapi ia pun berperan sebagai motivator yang memberikan rangsangan kepada anak agar mampu mengembangkan ide pikirannya untuk memperoleh pengetahuan sesuai dengan pengalaman dunia fisik dan lingkungannya.

    BalasHapus
  18. Bismillahirrahmanirrahim
    Assalamualaikum
    Nama : santi Rismayanti
    Semester 5 pai reguler
    Setelah membaca materi di atas saya dapat menyimpulkan bahwa teori kontruktivisme ini sangat membawa pengaruh baik untuk dunia pendidikan , teori ini membawa pendidikan dari kegelapan menuju cahaya , terlihat dari pendidikan yang dimana sebelumnya belajar hanya berpusat pada guru , di ubah menjadi belajar berpusat pada siswa , peran guru disana hanya sebagai fasilitator Teori ini memiliki dua prinsif utama , pertama : pengetahuan tidak diperoleh secara pasif , tapi secara aktif oleh stuktur kognitif siswa , kedua ,pengetahuan diperoleh dengan pengalaman nyata .
    Terimakasih ilmu nya pak :-)
    Wassalamualaikum

    BalasHapus
  19. Nama:agus m firdaus

    Dari pemahaman saya terhadap teori kontruktivisme. Teori kontruktivisme ialah proses pembentukan murid lewat belajar yang berpusat pada murid. Dalam hal ini guru bertindak fasilitator yang membangun pimikiran murid itu sendiri. Dalam hal ini murid diberikan ruang untuk memberikan pemikirannya secara bebas dengan maksud supaya berpikir kritis dan blajar peka terhadap masalah yang dihafapinya.

    BalasHapus