16.50.00
1

Kepemimpinan Kepala Sekolah 

The quality of the principal’s leadership is crucial to the succes of the school. (Lipham,1981; 55), karena dalam lingkungan sekolah unggul, semua orang bisa melihat dan menilai kualitas dan kapasitas kepemimpinannya sebagai kunci gerbang menuju kesuksesan. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan sekolah unggul, Salisburry (1996: 149), “Without quality leadership and skilfull management, even the ideas are never implemented. Without good management and on going support for their leaders, those lowers in the organization become dissillusioned in time”. 

Upaya perbaikan dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang efektif. Sekolah sebagai suatu organisasi akan dapat bersaing dan mempertahankan kualitas mutu lulusannya serta akan berhasil mengantisipasi tantangan perubahan eksternal di lingkungannya jika kepemimpinan yang ada di dalamnya berhasil dan efektif, selanjutnya Sallis menegaskan (1993:36) bahwa: “Leadership is the essential ingredient in TQM. Leader must have the vision and be able to translate it into clear policies and a specific goals”. 

Seorang pimpinan harus memiliki visi yang futuristik jauh ke depan, tidak hanya itu dia juga dapat membumikannya kedalam kebijakan-kebijakan yang diambil melalui keputusan bersama dengan tetap mempertimbangkan situasi dan kondisi sejalan dengan pendapat Lewis (1987) dalam Johar (2003;23), bahwa pimpinan yang efektif adalah mereka yang dapat mengadaptasikan diri pada situasi yang bervariasi.

Sallis (1993:89), menambahkan teorinya tentang kepemimpinan, yaitu: “A key aspect of leadership role in education to empower teachers to give them the maximum opportunity to improve the learning of their students”. Sallis menekankan salah satu aspek dari kepemimpinan kepala sekolah adalah dapat memberdayakan guru-guru secara maksimal untuk menciptakan proses pembelajaran yang enjoyful dan bermakna bagi para siswanya.

Karena itu peran kepala sekolah merupakan salah satu karakteristik utama dalam sekolah efektif, dan kepala sekolah pada sekolah yang efektif harus mempunyai visi yang jelas dan kredibel dari apa yang akan dicapainya di masa datang. Kepala sekolah yang efektif dapat menterjemahkan dan menjabarkan visi ini ke dalam tujuan-tujuan sekolah yang tertata dengan baik. Kepala sekolah yang baik juga melindungi guru-guru dari rintangan dari luar yang mungkin akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, dia dapat memberikan bantuan dan perlindungan ketika dibutuhkan, dia selalu mendapatkan jalan untuk bekerja sama dengan staf dan dapat mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan sekolah.

Mengacu pada yang disyaratkan oleh Sarah Cook dan Steve Macaulay (1996: 40) bahwa empat dimensi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang berjiwa empowerment (memberdayakan), adalah visi, realita, manusiawi dan keberanian. Selanjutnya Huglas dan Ubben (1990) dalam Wahab (1996:36), menyatakan bahwa visi yang dimaksud adalah: “the capacity to create and communicate a view of desire state of affairs that induces commitment among those working in the organization”. Karena hanya dengan visi yang dimilikinya kepala sekolah dapat melaksanakan tiga kata kunci yaitu create, communicate, dan commitment. 

Sedangkan Norris dalam Azis Wahab memberi istilah pada pemimpin yang memiliki visi sebagai “creative leadership“ yaitu (1) yang memiliki pengetahuan yang luas tentang teori dan prinsip pendidikan, (2) kemampuan menganalisis situasi sekarang berdasarkan apa yang seharusnya, (3) mampu mengidentifikasi masalah dan (4) mampu mengkonseptualisasikan arah baru untuk perubahan.

Sedangkan prinsip kepemimpinan yang berlaku secara umum sebagaimana disyaratkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (2000: 15) yaitu:

a) Konstruktif, dengan pengertian bahwa kepala sekolah harus mempunyai jiwa dan keinginan untuk mendorong setiap warga untuk berkembang secara optimal.
b) Kreatif, artinya kepala sekolah harus selalau mencari gagasan dan cara baru dalam melaksanakan tugasnya.
c) Partisipatif, artinya mendorong keterlibatan semua fihak yang terkait dalam setiap kegiayan disekolah
d) Kooperatif, artinya mementingkan kerjasama dengan staf dan fihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan
e) Delegatif, artinya berupaya mendelegasikan tugas kepada staf atau guru sesuai dengan deskripsi serta kemampauan mereka.
f) Integratif, artinya selalau mengintegrasikan semua kegiatan, sehingga dihasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah.
g) Rasional dan objektif, dalam melaksanakan tugas atau bertindak selalu berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif.
h) Pragmatis, artinya dalam menetapkan kebijakan atau target, kepala sekolah harus mendasarkan pada kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki sekolah.
i) Keteladanan, artinya dalam memimpin sekolah, kepala sekolah dapat menjadi contoh nyata yang baik
j) Adaptabel dan fleksibel, artinya kepala sekolah harus dapat beradaptasi dan lentur dalam menghadapi situasi baru dan juga menciptakan situasi kerja yang memudahkan staf untuk beradaptasi.

Sebagai salah satu elemen yang sangat fundamental dalam organisasi sekolah, seorang kepala sekolah harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu, memiliki kualifikasi baik. Di era globalisasi dan informasi sekarang ini kepala sekolah adalah: “the president in the multiversery is leader, educator, creator, initiator, wielder of power pump, he is also office holder, caretaker, inherittor, consensus seeker, persuader, bottleneck. But he is mostly mediator”. (Kerr, 1982) dalam Alma (2003:65).

Dalam rangka memberikan kepuasan maksimal, mengejar tujuan organisasi, memberi akuntabilitas kepada stakeholdernya, serta mempertahankan sustainabilitas organisasi yang dikelolanya seorang manajer sekolah mempunyai tanggung jawab dan posisi yang sangat elegan, penting dan istimewa, sejalan dengan itu (Kotler,1995:21) dalam Alma (2003), memberikan gambaran tentang kepala sekolah seharusnya seperti berikut:

The university president is expected to be a friend of the student, a colleague of the faculty, a good fellow with the alumni, a sound of administrator with the trustes, a good speaker with the public, an astute bargainer with the foundation and the federal agencies, a politician with the legislature... A persuasive diplomat with donors, and a champion of education generally 

Dari pengertian di atas, begitu primanya kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan atau manajer sekolah sebagai seorang yang diharapkan menjadi superleader, harus jadi teman bagi seorang siswa, rekan kerja yang menyenangkan bagi guru, sejawat yang akrab bagi para alumni, diapun harus mampu dan handal mengelola adminstrasi, di lain hal harus menjadi orator dan negoisator yang tangguh untuk menawarkan serta meyakinkan komunitas atau masyarakat juga orang tua tentang program dan rencana yang akan dijalankan lembaganya, bila berhadapan dengan birokrasi the superleader inipun harus memiliki kematangan untuk menjadi pelobi yang ulung dan luwes, dilain waktu dia pun harus berkamuflase untuk menjadi politisi yang licin dan alot bila dia harus beraudiensi dengan para legislatif, kebisaan lain yang harus dia miliki juga adalah ketangguhan seorang diplomat untuk meluluhkan hati para donatur, yang akhirnya kemampuan, kebisaan, kepiawaian, keterampilan, kematangan, kehandalan, dan berbagai kompetensi lainnya seorang manajer sekolah harus bisa menjadi pemenang dalam kompetisi dunia pendidikan untuk mengantarkan para siswanya ke arah kehidupan yang dan masa depan yang lebih baik.

Sebagai pemimpin pendidikan pula, kepala sekolah efektif mampu menunjukkan kemampuannya mengembangkan potensi-potensi sekolah, guru, dan siswa untuk mencapai prestasi maksimal. Seperangkat faktor pengaruh prestasi dapat digambarkan oleh model berikut: 

Merujuk kepada model tersebut, dapat digambarkan bahwa seorang kepala sekolah efektif sebagai pemimpin pendidikan selayaknya harus mampu meningkatkan prestasi sekolah dengan menunjukkan kemampuannya dalam mengelola sekolah, guru, dan siswa sebagai komponen utama untuk mencapai tujuan sekolah. Pengelolaan yang terkait dengan komponen sekolah dapat meliputi: (a) kurikulum praktis dan mantap; (b) tujuan yang menantang dan balikan yang efektif; (c) partisipasi orang tua dan masyarakat; (d) lingkungan yang tertib dan nyaman; dan (e) kolegialitas dan profesionalisme.

Sementara, pengelolan yang terkait dengan komponen guru dapat mencakup: (a) strategi instruksional; (b) manajemen kelas; dan (c) desain kurikulum. Adapun pengelolaan yang terakit dengan siswa mencakup: (a) lingkungan rumah; (b) kecerdasan belajar; dan (c) motivasi. Ketiga komponen tersebut bersifat interelatif, oleh karenanya harus dikelola secara sinergis dengan mendasarkan kepada prinsip-prinsip koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi. Dari berbagai pandangan di atas, dapat ditegaskan bahwa kepemimpinan efektif adalah kepemimpinan kepala sekolah yang fokus kepada pengembangan instruksional, organisasional, staf, layanan murid, serta hubungan dan komunikasi dengan masyarakat. 

Salah satu dimensi yang teramat vital bagi seorang kepemimpinan partisipatif adalah bagaimana dia bisa merumuskan gagasan, keyakinan, nilai-nilai, budaya positif dan dirumuskan serta membumi menjadi kristalisasi visi organisasi sebagai tujuan yang harus diraih di masa datang. Keith and Girling (1990;45), mensyaratkan empat dimensi gaya kepemimpinan partisipatoris di lembaga pendidikan yang efektif yaitu:

Dapat menciptakan dan mengkomunikasikan dengan baik visi yang akan diraih lembaga di masa datang, membangun kepercayaan dan komitmen yang tinggi di antara kolega dan sejawatnya. Membangun, menggali dan memberdayakan potensi-potensi sumber daya manusia, dalam lingkungan organisasinya, mengembangkan kepemimpinan maupun tim yang handal dan solid dalam organisasi untuk memaksimalkan performa dan kepuasan kerja.

Melekatnya kriteria kepemimpinan dan kemampuan manajerial dalam diri seorang kepala sekolah sangatlah sulit dipisahkan, gaya dan model kepemimpinan akan menjiwai manajer dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga karena alasan itu Depdiknas memberikan rumusan yang disebut dengan EMASLIM.

Seorang kepala sekolah seperti pedoman Depdiknas adalah seorang guru yang diberi tugas khusus untuk memimpin sekolah karena itu Dahlan (2004;10), dalam menyebut kepala sekolah sebagai jabatan yang “Unik yang tiada duanya”. Dalam perannya sebagai educator harus memiliki strategi yang tepat dan pas untuk membangun dan memacu profesionalisme dan kompetensi di sekolahnya, menata dan menciptakan iklim yang sehat dan kondusif kepada seluruh warga sekolah, sejalan dengan itu Sumidjo (1999) dalam Mulyasa (2004;32), menyatakan bahwa:

Memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.

Melalui pembinaan dengan empat model tadi kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru baik melalui jalur formal atau penataran, memberdayakan MGMP dan kegiatan lain yang juga mengacu pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0296/U/ 1996, yang merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah. Sebagai perannya sebagai educator harus memiliki kemampuan untuk membimbing guru, membimbing tenaga kependidikan non-guru, membimbing peserta didik, mengembangkan tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek dan memberi contoh mengajar. 

Sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu menciptakan suasana kerja yang dinamis namun tetap kooperatif dan dilandasi dengan semangat kebersamaan untuk pendayagunaan seluruh sumberdaya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Wahyusumidjo (1999;34), ada tiga hal dalam perannya sebagai manajer yaitu: 

a. Proses, adalah suatu cara yang sistematik dalam mengerjakan sesuatu. Karena semua manajer bagaimanapun juga dengan ketangkasan dan keterampilan khusus, mengusahakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan tersebut dapat didaya gunakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

1. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah :

1.Merencanakan, berarti kepala sekolah harus benar-benar memikirkan dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan tindakan yang harus dilakukan.
2. Mengorganisasikan, berarti bahwa kepala sekolah harus mampu menghimpun dan mengorganisasikan sumberdaya personel yang ada dan sumber-sumber material sekolah baik secara internal maupun dari faktor eksternal. 
3. Memimpin, berarti kepala sekolah mampu mengarahkan dan mampu mempengaruhi seluruh personel untuk melakukan tugasnya yang esensial. Dengan suasana yang tepat, kepala sekolah membantu sumber daya manusia untuk melakukan hal-hal yang baik. 
4. Mengendalikan, dalam arti kepala sekolah memperoleh jaminan bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan, apabila terdapat kesalahan diantara bagian yang ada dari sekolah tersebut, kepala sekolah harus memberikan petunjuk dan meluruskan.

b. Sumber daya sekolah, meliputi: dana, perlengkapan, informasi, maupun sumber daya manusia, yang berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan.
c. Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya, berarti bahwa kepala sekolah berusaha untuk mencapai tujuan akhir.

Secara singkat seorang manajer pendidikan atau kepala sekolah menurut Mulyasa (2004;54), harus mampu memberdayakan, memberi kesempatan dan kemudian mampu mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan di sekolahnya.

Sebagai administrator kepala sekolah memiliki hubungan yang sangat sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi personalia, sarana dan prasarana, administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. 

Peran kepala sekolah sebagai supervisor dapat diwujudkan dalam kinerjanya untuk mewujudkan kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mencapai tujuannya yaitu kegiatan pembelajaran yang efektif, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993), dalam Mulyasa (2004;50), menyatakan bahwa: "Supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more about their practice; to better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools; and to make the school a more effective learning community".

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999: 110), mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan, kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat (l) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggungjawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, (7) teladan. 

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Sikap kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dalam cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatik, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel. 

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat kegiatan belajar dengan sepenuhnya bisa memberdayakan keuntungan dan kekuatan internal maupun eksternal.

Dari tujuh peran EMASLIM tadi kepala sekolah harus bisa mewujudkan secara terpadu integratif dan komprehensif agar bisa memenuhi harapan dan aspirasi setiap stakeholder utama pendidikan sehingga model sekolah efektif dengan berbagai kriterianya dapat terwujud dan salah satunya adalah mutu dan kualitas kepala sekolah sebagai manajer pendidikan.
Dahlan (2004;12), merangkum harapan dan aspirasi yang lahir dari warga sekolah sebagai berikut:

Kepala Sekolah;

1 mampu membina dan memelihara hubungan yang baik di sekolah sehingga terbina organisasi yang sehat atau waras. Guru terbentuk untuk memecahkan berbagai problem yang dihadapinya sehingga terbina disiplin warga sekolah secara sehat.
2. memperlakukan guru sebagai kolega yang profesional, yang berbeda peran dalam mengembangkan filsafat sekolah, visi, misi, dan menyusun rencana pengembangan sekolah dalam upaya mencapai tujuan sekolah.
3. membina kepedulian warga sekolah dalam mengembangkan kebijakan sekolah serta memberikan kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
4. memperhatikan terselenggaranya konseling bagi siswa dalam menyiapkan tenaga, fasilitas dan program yang memadai
5. memberikan jaminan kepada guru untuk meningkatkan diri dalam mengembangkan kinerja profesionalnya sehingga tugas organisasi tercapai secara afektif, efisien, produktif dan sehat. 
6. memungkinkan terselenggaranya pesan-pesan manajerial yang sehat yang mencakup peran informasional, penentu, dan hubungan antar pribadi.
7. memelihara warga sekolah agar memiliki semangat kerja yang tinggi, bebas dari stres, frustrasi, ketakberdayaan dan keterasingan sehingga lahir warga sekolah yang puas bekerja serta efektif.
8. memungkinkan berlangsungnya peran guru sebagai tenaga profesional yang selalu ingin belajar yang mengembangkan kemampuan teknis mengajar, bertindak sebagai penelaah dan inquiri mengadakan kolaborasi dan bertindak reflektif. Dengan demikian lembaga pendidikan itu berkembang menjadi tempat belajar sepanjang masa 

Dari beragam teori dan pendapat pakar manajemen modern terutama mengenai manajemen kepemimpinan kepala sekolah, berawal dari proses perencanaan, dimana di dalamnya ada hal yang pertama dan juga utama karena merupakan inti dan jiwa yang menghidupkan tugas dan tahapan selanjutnya, adalah kemampuan kepala sekolah untuk merumuskan visi dan misi. 

1. Ciri-ciri Kepala Sekolah Efektif

Kepala sekolah efektif harus mengetahui (a) mengapa pendidikan yang baik diperlukan di sekolah, (b) apa yang diperlukan untuk meningkatkan mutu sekolah, dan (c) bagaimana mengelola sekolah untuk mencapai prestasi terbaik. Kemampuan untuk menguasai jawaban atas ketiga pertanyaan ini akan dapat dijadikan standar kelayakan apakah seseorang dapat menjadi kepala sekolah efektif atau tidak. 

Secara umum, ciri dan perilaku kepala sekolah efektif dapat dilihat dari tiga hal pokok, yaitu: (a) kemampuannya berpegang kepada citra atau visi lembaga dalam menjalankan tugas; (b) menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah; dan (c) memfokuskan aktifitasnya kepada pembelajaran dan kinerja guru di kelas (Greenfield, 1987; Manasse, 1985). Adapun secara lebih detil, deskripsi tentang kualitas dan perilaku kepala sekolah efektif dapat diambil dari pengalaman riset di sekolah-sekolah unggul dan sukses di negara maju. 

Atas dasar hasil riset tersebut, dapat dijelaskan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kepala sekolah efektif memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya, dan ia mendorong semua staf untuk mewujudkan visi tersebut
b. Kepala sekolah efektif memiliki harapan tinggi terhadap prestasi siswa dan kinerja staf
c. Kepala sekolah efektif mengamati para guru di kelas dan memberikan balikan yang positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki pembelajaran
d. Kepala sekolah efektif mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan merancang langkah-langkah untuk meminimalisasi kekacauan
e. Kepala sekolah efektif mampu memanfaatkan sumber-sumber material dan personil secara kreatif
f. Kepala sekolah efektif memantau prestasi siswa secara individual dan kolektif dan memanfaatkan informasi untuk mengarahkan perencanaan instruksional.

Dari pemaparan teori di atas, jelas bahwa seorang kepala sekolah di era pendidikan globalisasi harus benar-benar orang yang tangguh, cerdas, fleksibel, berwibawa, ulet, komunikatif, sabar, selain itu juga menguasai tidak hanya keterampilan pedagogik tetapi juga pengetahuan psikologis dan kecerdasan emosional yang tinggi, disamping itu, seorang kepala sekolah yang unggul seharusnya memiliki kekuatan jiwa dan perilaku yang religius, kemampuan untuk membumikan visi ke dalam langkah nyata, mampu memberi tauladan dan memiliki kesabaran serta kejujuran yang tinggi.

1 komentar: